Minggu, 29 Januari 2012

KLASIFIKASI DALAM PANJAT TEBING

       Definisi Panjat Tebing
Pada dasarnya panjat tebing adalah suatu teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan yang berupa tonjolan, rekahan atau cekungan dengan atau tanpa alat bantu pemanjatan.
Panjat tebing adalah bagian dari pendakian gunung. Satu hal yang membedakan keduanya adalah medannya. Olahraga ini menjadi salah satu alternatif kegiatan dia alam bebas yang menggunakan wahana tebing alam atau gugusan cerdas.

Klasifikasi dalam Panjat Tebing
Olahraga panjat tebing dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Berikut ini adalah kelompok-kelompoknya.
a.       Free Climbing
Free climbing merupakan jenis olahraga panjat tebing dengan teknik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung memengaruhi gerakan pemanjat/ menambah ketinggian. Free climbing sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Pemanjat naik secara beriliran, leader (membuat jalur) dan belayer (mengamankan).
b.      Free soloing
Free soloing adalah bagian dari free climbing tetapi pemanjat menghadapi segala risiko seorang diri. Dalam gerakannya, pendaki solo tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukannya, pendaki harus benar-benar mengetahui segala betuk rintangan atau gerakan yang akan dilakukan pada rute yang akan dilaluinya. Bahkan kadang harus dihafalkan dahulu segala gerakan, baik tumpuan atau pegangan. Oleh karena itu, free soloing biasanya dilakukan pada rute yang pernah dilalui.
c.       Artificial climbing
Artificial clmibing adalah pemanjatan tebing dengan bantuan perlatan tambahan karena sering sekali pemanjat menghadapi medan yang kurang/tidak memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai, misalnya ada medan yang kosong. Biasanya pendakian ini dilakukan berkelompok dengan tugas yang jelas antara leader dan belayer.
Berdasakan sistem belay/fall protection, panjat tebing dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu gym climbing, top roping dan lead climbing.
a.       Gym climbing
Dalam gym climbing, belayer ada di bawah (ground) dengan tali yang dibelokkan oleh sistem anchor (pullay atau carabiner) di atas pemanjat. Jika pemanjat jatuh, berat pemanjatan akan dibelokkan oleh sistem anchor yang lalu ditahan oleh belayer.
b.      Top roping
Pada tipe ini, belayer ada di atas (top) dan mem-belay terhadap tali yang menuju pemanjat ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan belayer ketika pemanjat jatuh, biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokkan atau pengalihan beban).
c.       Lead climbing
Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing, melainkan dari belayer langsung ke pemanjat. Pada saat pemanjat mulai memanjat, belayer mengulurkan tali, kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) pemanjat terus memasang alat pengaman. Jika pemanjat jatuh, bekayer akan mengunci tali pengaman dan pemanjat akan menggantung pada tali yang mengulur ke alat pengaman terakhir yang dia pasang.
Lead climbing dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yeitu
a)      Sport climbing
Sport climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraga. Pada sport climbing rute yang dipanjat umumnya telah bolted (pada interval ketinggian tertentu ada hanger pada dinding tebing)
b)     Traditional/Trad/Adventure Climbing
Tradisional/trad/adventure climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menenkankan faktor petualangan. Pada trad climbing, dinding tebing bersih dari bolts dan hangers. Tidak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya, pemanjatan dilakukan oleh dua orang. Pemanjat harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis leader membuat stasiun belay untuk mem-belay pemanjat kedua. Pemanjat yang memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang oleh pemanjat pertama di dinding tebing.


Berdasarkan tingkat kesulitan, panjat tebing dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu craig climbing dan big wall climbing.
a.         Crag climbing
Crag climbing merupakan panjat bebas dan pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu single pitch climbing dan multi pitch climbing.
a)      Single pitch climbing
Pada single pitch climbing dilakukan pemanjat tidak perlu berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua.
b)     Multi pitch climbing
Pemanjatan multi pitch climbing dilakukan pada tebing yang lebih tinggi sehingga diperlukan leader.
b.         Big wall climbing
Big wall climbing merupakan jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dan memerlukan pergantian leader. Dalam pemanjatan big wall climbing ada dua sistem yang dipakai, yaitu alpine system/alpine push/siege tactic dan himalaya system/himalaya tactic.
a)      Alpine system/Alpine Push/Siege Tactic
Pada sistem ini, pemanjat selalu ada di tebing. Jadi, segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Dengan demikian, pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak.
b)     Himalaya System/Himalaya Tactic
Sistem ini biasanya dilakukan terhadap rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Pendakian tipe ini, biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan. Ketika satu orang saja dari seluruh tim berhasil, seluruh tim pendaki tersebut berhasil pula.
Perbedaan antara Alpine System dan Himalaya System
Alpine System
Himalaya System
1
alat yang dibutuhkan lebih sedikit
1
alat yang dibutuhkan lebih banyak dan waktu pemanjatan lebih lama
2
waktu istirahat sedikit
2
waktu istirahat banyak
3
perlu load carry
3
tidak memerlukan load carry
4
pendakian berhasil ketika seluruh tim berhasil
4
pendakian sudah dikatakan berhasil ketika salah satu anggota tim berhasil

Senin, 23 Januari 2012

Pendakian Gunung (Montaineering)


A.    Definisi Pendakian Gunung
Pendakian adalah suatu olahraga keras, penuh petualangan, dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang tinggi. Dalam arti luas, pendakian gunung berarti suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit hingga memerlukan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan. Definisi lainnya adalah sebuah kegiatan alam bebas yang menggunakan wahana gunung sebagai sarana kegiatannya.

B.    Sejarah Pendakian Gunung 
1492 » Sejarah pendakian gunung diawali oleh sekelompok orang Prancis dibawah pimpinan Anthoine de Ville yang memanjat tebing Mont Aiguille (2097m) di kawasan Vercors Massif.
1623 » Yan Cartensz adalah orang Eropa pertama yang melihat pegunungan yang sangat tinggi dan bersalju (di beberapa tempat) di pedalaman Irian.
1624 »Pator-pastor Jesuit melintasi Pegunungan Himalaya, tepatnya Mana Pass dan Garhwal di India ke kawasan Tibet.
1760 » Profesor de Saussure menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menemukan lintasan ke puncak Mont Blanc di perbatasan Prancis-Italia. Namun tak ada yang tertarik karna alasan takut kepada naga-naga yang konon mbaurekso di puncak gunung tertinggi di Eropa Barat itu.
1786 » akhirnya tergapai puncak Mont Blanc (4807m) oleh Dr.Michel-Gabriel Paccard dan seorang pandu gunung, Jacques Balmat.
1830 » Alexander Gardiner melintasi Pelana Karakoram dan Sinkiang di Cina ke wilayah Kashmir di India.
1852 » Ahli ahli ukur tanah India berhasil menemukan tinggi puncak XV, yaitu 8840 m yang menjadi puncak tertinggi di dunia, mengalahkan Puncak VIII (8598 m). Tapi setelah dikoreksi kembali beberapa tingginya menjadi 8848 m sampai sekarang.
1854 » Alfred Wills dalam pendakiannya ke Puncak Wetterhom (3708 m) yang menjadi cikal bakal pendakian gunung sebagai olahraga.
1587 » Alpine Club pertama berdiri di Inggris
1858 » Ketinggian Karakoram nomor 2 terukur 8610 m yang menjadi peringkat kedua.

C.    Jenis Pendakian Gunung
Menurut jenis kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, pendakian gunung terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Hill walking/Feel Walking (hiking)
Adalah sebuah kegiatan menjelajahi daerah perbukitan yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45°. Dalam hiking tidak diperlukan alat bantu khusus karena kedua kaki yang diandalkan sebagai media utamanya. Sedangkan tangan sesekali digunakan untuk memegang tongkat jelajah sebagai alat bantu.
2.     Scrambling
Merupakan kegiatan pendakian gunung di wilayah dataran tinggi pegunungan yang lebih tinggi dari bukit dan kemiringannya lebih ekstrem (kira-kira diatas 45°). Dalam scrambling, selain kaki, tangan juga digunakan sebagai penyeimbang atau pembantu gerakan pendakian.
3.      Climbing
Dalam climbing, alat bantu khusus seperti carabiner, tali panjat, harness, figure of eight, dan sling mutlak diperlukan. Kebutuhan alat bantu disesuaikan dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrem. Kegiatan olahraga alam ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80°.
Bentuk kegiatan climbing terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.       Rock Climbing
Adalah pendakian pada tebing-tebing batu yang membutuhkan teknik pemanjatan dan menggunakan peralatan khusus.
2.      Snow dan Ice Climbing
Adalah pendakian pada es dan salju.

D.   Teknik pendakian Gunung
1.      Sistem Pendakian Gunung
Dalam pendakian gunung, ada dua sistem pendakian yang dikenal banyak pecinta alam, yaitu himalaya system dan alpine system.
a.      Himalaya System
Adalah sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian yang panjang sehingga memerlukan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang dalam pendakian ke puncak-puncak di Pegunungan Himalaya.
b.      Alpine System
Adalah sistem pendakian yang berkembang di Pegunungan Alpen. Sistem ini lebih cepat karena pendaki tidak perlu kembali ke kemah utama (base camp).
2.     Peralatan Pendakian Gunung
Peralatan dasar dalam pendakian gunung adalah sebagai berikut :
a.      Ransel digunakan untuk membawa segala peralatan yang dibutuhkan dalam pendakian. Ransel yang dibutuhkan adalah ransel yang sangat kuat, ringan dan terbuat dari bahan yang tahan air. Ransel terdiri atas dua jenis, yaitu ransel dengan rangka luar (cocok dengan medan terbuka, seperti daerah berumput atau pantai) dan ransel dengan rangka dalam (cocok dengan medan gunung dan hutan).
b.      Seaptu gunung yang digunakan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
a)      Terbuat dari bahan yang kuat dan pemakaiannya tidak merasa tersakiti
b)     Melindungi kaki sampai mata kaki untuk mencegah bahaya terkilir
c)      Nyaman dipakai
d)     Bentuk sol bawah dapat menggigit ke segala arah agar pemakaiannya tidak mudah tergelincir
e)      Sepatu lapangan ABRI cukup baik dengan lubang modifikasi, seperti memberikan lubang disampingnya untuk ventilasi udara dan mengeluarkan air yang tertangkap di dalamnya, serta memberikan alas di bawahnya agar lebih lunak.
c.       Pakaian gunung,  terdiri atas baju gunung dan celana gunung.
1.       Baju gunung, harus terbuat dari bahan yang nyaman dipakai, menyerap keringat, dan mudah kering tapi cukup kuat. Diusahakan berlengan panjang agar pendaki terlindung dari gigitan hewan dan sengatan matahari.
2.      Celana gunung, harus terbuat dari bahan katun yang lembut tapi kuat. Desain celana harus memberikan ruang gerak yang leluasa bagi kaki kita. Dan harus mempunyai saku yang cukup.
d.      Botol air, berguna sebagai tempat penyimpanan air.
e.      Tenda, digunakan sebagai tempat untuk beristirahat atau berteduh.
f.        Rantang masak outdoor, berfungsi sebagai alat memasak.
g.      Kompor lapangan, ada beberapa jenis kompor lapangan yang dapat digunakan seperti kompor parafin, kompor gas, dan kompor dengan bahan bakar spiritus.
h.      Topi rimba, digunakan sebagi pelindung kepala.
i.        Peta, adalah petunjuk jalan.
j.        Kompas, adalah alat untuk petunjuk arah.
k.      Pisau, digunakan untuk membuat api unggun dan untuk memasak. Pisau yang dapat digunakan dalam pendakian yaitu golok tebas, pisau pinggang dan pisau saku multiguna.
l.        Korek api,  berguna untuk menyalakan api unggun dan api untuk memasak.
m.    Senter, adalah alat untuk penerangan.
n.      Matras, merupakan salah satu peralatan yang digunakan untuk tidur.
Selain menggunakan alat dasar dalam pendakian gunung, pendaki harus menyiapkan peralatan khusus, seperti :
a)      Tali houserlite/kernmantel
b)     Figure of eight
c)      Sling
d)     Prusik
e)      Bolt
f)       Webbing
g)     Harness
h)     Alat khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan level pendakian.
Selain peralatan di atas, ada pula peralatan tambahan. Peralatan tambahan dalam pendakian tidak harus dibawa, tetapi bisa disertakan demi kenyamanan. Peralatan tersebut adalah
a.      putis, pembalut betis agar otot-otot fit
b.      gaiters, pelindung kaki dari pacet, duri dan pencegah masuknya pasir ke dalam sepatu
c.       kelambu, pelindung dari nyamuk
d.      semir sepatu
3.      Persiapan Pendakian Gunung
Berikut adalah persiapan sebelum mendaki gunung:
a.      Mental
Pendaki harus memiliki keberanian dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan di alam terbuka.  
b.      Pengetahuan dan keterampilan
Pendaki harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pendakian, baik mengenai teknik medan, cuaca, maupun teknik-teknik dalam pendakian.
c.       Kondisi fisik yang memadai
Pendakian gunung termasuk olahraga yang berat sehingga dibutuhkan fisik yang sehat.
d.      Etika
Pendakian gunung yang dilakukan tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji.
4.     Prosedur Pendakian Gunung
Dalam melakukan pendakian gunung, ada beberapa langkah yang harus diikuti oleh pendaki, di antaranya
a.      Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai
b.     Menyelipkan perlengkapan yang diperlukan
c.      Untuk leader  mengatur perlengkapan sedemikian rupa agar mudah diambil dan tidak mengganggu gerakan; untuk belayer memasang anchor, merapikan alat-alat, dan mengamankan leader apabila jatuh
d.     Bila belayer  dan  leader siap untuk melakukan pendakian segera berikan aba-aba pendakian
e.      Bila leader  sudah sampai pada satu pitch (tali habis), ia harus memasang anchor
f.       Leader yang sudah memasang anchor selanjutnya berfungsi sebagai belayer, yaitu mengamankan pendakian berikutnya.
5.      Aba-Aba dalam Pendakian Gunung
a.      Climbing when you are ready(diucapkan belayer kepada leader sebagai tanda bahwa belayer  sudah siap)
b.     Climbing (diucapkan leader kepada belayer sebagai tanda bahwa pendakian telah dimulai)
c.      Ok (jawaban leader)
d.     Take in (diucapkan belayer kepada leader sebagai tanda bahwa tali terlalu kendur sehingga harus dikencangkan)
e.      Slack (diucapkan leader kepada belayer sebagai tanda bahwa tali terlalu kencang sehingga harus dikendurkan)
f.       Rock (diucapkan leader kepada belayer sebagai peringatan bahwa ada batu jatuh)
g.     Fall (diucapkan leader kepada belayer sebagai tanda bahwa leader akan jatuh)
6.     Cara Mendaki Gunung yang Baik (hiking safety)
Keselamatan pendaki sangat diutamakan. Tidak sedikit pendaki yang mengalami kecelakaan, bahkan kehilangan nyawa. Hal ini disebabkan oleh faktor alam ataupun faktor kesalahan manusia. Beberapa faktor kesalahan manusia adalah
a.      Minimnya pengetahuan tentang medan yang akan dilalui
b.     Membuka jalur baru tanpa pengetahuan navigasi dan cara bertahan hidup yang memadai
c.      Tersesat di hutan karena kekurangan makanan dan air
d.     Terjadinya gap dan perbedaan pendapat dalam kelompok pendaki
e.      Kecerobohan leader dalam menentukan jalur yang akan dilalui
Faktor alam yang menyebabkan pendaki mengalami kecelakaan adalah
a.      Suhu yang tiba-tiba turun drastis yang disebabkan oleh perbedaan suhu di sekitar gunung menyebabkan turunnya daya tahan pendaki
b.     Badai gunung
c.      Binatang buas
d.     Kebakaran hutan
e.      Longsornya tebing gunung
f.       Gas beracun
Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan pada saat mendaki gunung, pendaki harus memerhatikan hal-hal berikut
a.      Jumlah orang yang akan mendaki minimal tiga orang
b.     Membawa peralatan yang lengkap, terutama peralatan pribadi, misalnya jaket, sarung tangan, tutup kepala, sepatu, dan jas hujan
c.      Menjaga kekompakan tim sebagai hal vital dalam perjalanan agar tercipta suasana saling membantu dan menghargai sehingga perjalanan akan semakin cepat dan baik
d.     Mempunyai leader yang berpengalaman baik secara mental maupun pengetahuan
e.      Membawa logistik dan air yang cukup, mjnimal untuk diri sendiri
f.       Menjaga kondisi tubuh agar tetap fit
7.      Pengetahuan yang Dibutuhkan dalam Pendakian Gunung
Dalam melakukan pendakian, pendaki harus memiliki pengetahuan, minimal untuk menyelamatkan diri sendiri sebelum menyelamatkan orang lain. Pengetahuan-pengetahun tersebur adalah
a.      Navigasi darat
b.     Cara bertahan hidup
c.      Geographical Positioning System (GPS)